Bulan ini ada enam lagu ter-gress yang bisa kamu unduh dari 6 kota di Indonesia. Mari diunduh dan disebarkan kecintaan kita pada musik-musik asoi dari pelosok Indonesia.
Ke enam lagu tersebut bisa didapatkan dengan mengklik tautan ini. Selamat menikmati, dan mari disebarkan.
The Classhat – Tante Janny (Surabaya)
Rock n roll selalu menjadi virus yang efektif, mudah menyebar dan gampang merajalela dalam dunia gigs Surabaya, mengingat banyaknya band yang mengusung genre tersebut di kota Pahlawan. Dari sekian banyaknya band-band tersebut, The Classhat adalah salah satu yang termuda dan mampu meriliskan karyanya baru-baru ini melalui EP Demolition. Sebagai penggambarannya musiknya, oldies but fun mungkin adalah kata yang paling cocok untuk mendeskripsikan image band-nya. Coba dengarkan saja single yang ini, nanti kamu tahu sendiri maksudnya.
Hello Benji and The Cobra – Terbawa Emosi (Medan)
Mahasiswa IKJ dan vokalis It’s Different Class, Prima Sakti Iskandar aka Benji, pulang kampung ke Medan dan terbentuklah Hello Benji and The Cobra. Hampir satu dekade HB&TC telah terbentuk dan gonta-ganti personil, namun tak satupun rekaman yang tercipta, begitupun juga unggahan video di youtube. Hanya ada selentingan bahwa stage performance Benji itu gila. Di tahun 2015 lalu, Benji mengajak Arief (guitar), Tama (bass), dan Taufik (drum) untuk memperkuat unit indo-psikedelika-rock nya dan akhirnya merekam beberapa lagu. Beda dengan karakter IDC yang lebih “rapi”, HB&TC lebih keruh dan deras, seakan-akan hanyut terbawa aliran Sungai Deli. Ini bukan lagi kelas yang berbeda, ini Hello Benji and The Cobra yang berbisa. – Rachmadi Perdana @sihebatman/@madwrapmedan
The Pronks – Lullaby for Insomnian (Malang)
Adalah band yang dibentuk Rendra( bass + vocal), Erlanda (gitar) dan Gigin (drum) pada tahun 2011 di kota Malang. Ketika itu para personil The Pronks datang ke kota Malang untuk mengenyam pendidikan tinggi di salah satu fakultas sastra di Universitas Brawijaya. Selama pencarian sound mereka, The Pronks menghabiskan waktu jamming di studio untuk menentukan tatanan efek dan sound yang akan mereka mainkan. Akhirnya tahun 2012 mereka memutuskan memakai nama The Pronks dan membawakan lagu – lagu bernafaskan heavy metal dan stoner kental dari Black Sabbath, Led Zeppelin bahkan Pentagram. Di tahun 2012 mereka memulai debut live performance dengan membawakan lagu mereka sendiri yaitu Do It, Cough dan Anger. The Pronks sendiri sudah merilis EP Lullabies For Insomnian berisikan 4 lagu yaitu Do It, Cough, Sound Like Holiday dan Lullaby For Insomnian yang bisa diakses di Itunes maupun 5beat via Barongsai Records.
Chick and Soup – Jadi Siapa Hari Ini (Jogjakarta)
Sebagai pendatang baru, trio akustik Chick and Soup ternyata dapat membawa warna baru di skena musik sidestream Yogyakakarta. Disela bermunculannya band-band yang membawakan musik folk, Chick and Soup hadir dengan membawakan musik pop akustik ceria nan sederhana.
Lagu Jadi siapa hari ini yang dibawakan oleh Nikolas Nino, Margareta Dana dan Gusti Arirang yang juga putri dari seniman Djaduk Ferianto ini bercerita tentang pencapaian hidup seseorang setiap harinya setelah membuka mata di pagi hari dalam menjalani hari.
rekah – Untuk Seorang Gadis yang Selalu Memakai Malam (Jakarta)
https://rekah.bandcamp.com/
Pernah mendengar sebuah kejadian didongengkan dan dilebur menjadi berbunyian raungan, desis, pekik, rapalan, tangis, gerung, lolongan, denging, racauan, lengking, atau bebisingan sekalipun? Mungkin debut single dari Rekah bisa menjawabnya. “Untuk Seorang Gadis yang Selalu Memakai Malam” memadukan agresifnya kegelisahan dengan melankoli. “Kami percaya bahwa hanya dengan memeluk kegelisahan erat-erat kami dapat melahirkan bintang-bintang yang menari” jelas Rekah dalam rilisan pers yang kami terima. Memang seperti itu adanya, emosi kalian dikoyak-koyak kegelisahan dalam musik yang mereka ciptakan. Adapun mereka adalah Faiz Alfaresi (vokal), Marvin Viryananda Saliechan (gitar), Tomo Hartono (vokal, gitar), Junior Johan (drum), Yohan F. Christian (bass) yang lagunya bisa kalian dengarkan di Aliansi Musik Februari. – Robonggo
Heaven In – Hidup Dalam Stigma (Bogor)
Jika ada sebuah scene yang terus aktif bergerak dan melakukan regenerasi secara organik di Bogor, maka scene hardcore/punk lah jawabannya. Salah satu hasil dari proses regenerasi tersebut kemudian memunculkan nama Heaven In. Sebuah band muda yang memainkan style chaotic-hardcore/sludge yang dipengaruhi oleh Code Orange, Everytime I Die, Birds In Row, dan Rise And Fall. Heaven In telah merilis 1 buah EP dan 1 buah album berjudul “Norns” yang baru saja dirilis pada awal tahun lalu dan “Hidup Dalam Stigma” merupakan single pertama mereka. Sebuah track sludge/hardcore berdurasi singkat yang cukup menjanjikan dan segar walapun secara kualitas sound rekaman masih terasa mentah dan kurang lebar. – Gilang Nugraha