Menyanyikan Lagu Perang di Konser Perdana KOIL
Saat tanggal sudah ditetapkan dan para pangeran kegelapan telah bergegas turun dari singgasana, maka tibalah saatnya untuk menggelar ritual persembahan untuk menyambut kedatangan mereka. Pada Kamis 24 Februari 2010, venue Sabuga ramai dipenuhi oleh gerombolan fans berkostum hitam-hitam yang telah memadati venue jauh sejak matahari belum terbenam. Malam itu, Koil menggelar konser tunggal mereka untuk yang pertamakalinya. Sebuah konser dengan set yang bisa jadi adalah yang terpanjang sejak awal sejarah karir mereka.
Saya sampai di venue tepat setelah matahari terbenam. Sempat berputar-putar menikmati dekorasi di gerbang pembuka, saya mulai merangsek kedepan panggung saat Anto Arief menyelesaikan tugasnya sebagai opening act pada malam itu. Mendekati pukul delapan malam, pencahayaan dipadamkan dan venue indoor Sabuga mendadak berselimut gelap. Gitaris Donnijantoro, bassis Adam Vladvamp, serta drummer Leon Ray Legoh menyelinap di balik kegelapan dan membuka panggung dengan kompisisi yang meraung panjang, disambut oleh riuh penonton yang membanjir di bibir panggung. Terlebih saat di akhir komposisi pembuka tersebut, sosok Otong sang vokalis muncul dari balik panggung dan menyapa penonton. Lengkap sudah. Para pangeran kegelapan telah datang, saatnya ritual dimulai.
‘Nyanyikan Lagu Perang’ menjadi menu pembuka malam itu, disusul berturut-turut ‘Sistem Kepemilikan’ serta ‘Aku Lupa Aku Luka’ yang otomatis disambut dengan koor massal oleh penonton. Sempat disela dengan semprotan orasi Otong pada tiap jeda lagu, sesi awal berlanjut dengan ‘Rasa Takut Adalah Seni’, ‘Ajaran Moral Sesaat’, dan beberapa nomor lain sebelum akhirnya ditutup dengan ‘Hanya Tinggal Kita Berdua’.
Meninggalkan distorsi, Koil membuka sesi berikutnya dengan set akustik. ‘Kesepian Ini Abadi’, ‘Lagu Hujan’, dan ‘Murka’ menjadi suguhan mereka pada sesi ini. Potongan glitter yang bertebaran dari langit-langit venue semakin menambah daya pikat sesi akustik malam itu. “Ku akan pergi saat hujan reda…walaupun lama pasti reda juga..”, terdengar sepasang kekasih ikut bernyanyi bersama dalam pelukan tepat disamping tempat saya berdiri.
‘Hanya Tinggal Kita Berdua’ kembali menggiring penonton dalam racun distorsi industrial selepas berakhirnya sesi akustik. Dilanjutkan dengan ‘Kita Dapat Diselamatkan’ yang menenggelamkan penonton pada era keemasan album Megaloblast satu dekade silam. Klimaks konser mendekati puncak saat ‘Semoga Kau Sembuh Pt. II’ dimainkan dengan begitu bengis. ‘Mendekati Surga’ dan ‘Kenyataan Dalam Dunia Fantasi’ menjadi lagu pamungkas malam itu. Tidak ada encore. Koil hanya melakukan salute panjang serta sesi foto membelakangi penonton sebelum akhirnya menghilang di balik panggung.
Penting untuk menyoroti sesi bagi-bagi doorprize di pertengahan konser yang terlalu lama sehingga buat saya merusak flow acara yang telah susah payah dibangun sejak awal konser dimulai. Beruntung performa tata suara bekerja prima malam itu meski sempat kurang maksimal di awal konser. Keputusan Koil menggandeng seorang kibordis dan dua orang penyanyi latar, salah satunya adalah Risa Saraswati, juga terbukti ampuh. Mereka berhasil memberi kontribusi signifikan, terutama pada ‘Semoga Kau Sembuh Pt. II’ yang saya nobatkan sebagai puncak performa mereka malam itu. Bahkan mungkin salah satu performa terbaik yang pernah saya saksikan sejak pertamakali menonton live mereka bertahun-tahun yang lalu. Dengan segala keterbatasan yang ada, konser tunggal ini telah memantapkan posisi Koil sebagai salah satu dari segelintir musisi bermartabat di Indonesia. Untuk sementara mari sejenak lupakan Rammstein dan Nine Inch Nails, karena di Indonesia, kita punya Koil.
Words by Risyad Tabattala, Photos by Anugerah Suseno
ada videonya ga?
mau dateng konsernya tapi mental sama duit kurang rock 'n roll ni..
haha
m/ puassssss top markotop
Kurang lama ..haha..
we want jakartaaaaah!!!
review + foto yang bagus bung!!
Hahaha gw termasuk yang beruntung.. karena dateng dari luar bandung dan masih dapet tiket,scara pas sore tiket dah soldout ahahahahaha puas lah pokoknya..sayang crowdnya terasa kurang liar
keren abis konser n dekornya apalagi wktu bawain lagu MURKA keren abis aransemenya n bikin merindinx two tumbs to koil deh……!!!
foto vladvamp ga ada