Hari Sabtu sore kemarin di IFI Jakarta kembali terselenggara event #Supersonik yang sudah mencapai edisi 28. Tidak terasa sudah berkali-kali dikejutkan dan dipuaskan oleh berbagai penampilan dari musisi-musisi yang mencerahkan musik Indonesia.
Kali ini auditorium IFI Jakarta tampil Random Brothers x Dalilektra. Tidak hanya konser musik, tapi juga ada berbagai kolaborasi seni interaktif. Diantaranya pameran intalasi Ultrasonik yang ceritanya memindai gerakan tubuh dari pengunjung dan diterjemahkan menjadi suara yang khas.
Random Brothers itu adik kakak; Randy ‘Nidji/NEV’ dan Nara ‘Mjolnir’. Tapi di acara ini, tidak disebutkan sama sekali nama projek-projek musik sebelumnya. Bahkan saya juga baru mengetahui Nara itu adiknya Randy tadi malam. Mereka berkolaborasi dengan vokalis bernama Dalila yang merupakan kolaborator NEV di bagian vokal. Kali ini Dalila menggunakan alias Dalilektra dan selain menyanyi, ia juga melakukan seni pertunjukkan. Wajahnya ‘dilukis’ oleh Marina Tasha seorang seniman rias yang sering merias wajah berbagai selebritis dan seni.
Di awal pertunjukkan, Dalilektra masih ‘dibungkus’ plastik dan gerak-gerak sedikit, sambil duo Random Brothers memainkan bebunyian eksperimental dari benda-benda pembuat bunyi yang mereka bawa. Baru kemudian setelah beberapa waktu, acara dibuka dengan sambutan dari atase kebudayaan Perancis untuk Indonesia, mulai masuklah kuartet Armonia dengan konduktor Ravin Kalindra.
Setelah mereka mulai memainkan komposisinya, Dalilektra mulai ‘menetas’ dari bungkus plastik di ujung panggung, mungkin kepanasan atau mungkin juga karena sudah waktunya menyanyi. Terbiasa mendengar suara khas Dea di HiVi atau Nev yang serak-serak pop/jazz, bisa dibilang sangatlah menggembirakan saat ia bisa berekspresi dan bereksplorasi di ranah ini. Ranah yang lebih eksploratif dan penuh eksperimentasi.
Menyenangkan juga bisa menyaksikan hasil kolaborasi dari vokal, modular, synthetizer, piano dan strings section yang dimana setiap komponennya memberikan sumbangsih dan turut berimprovisasi. Kadang hasilnya ‘kena banget’ kadang bikin mikir ‘ni orang kenapa ye?’, tapi itulah yang membuat musik menjadi menyenangkan.