[download id=”414″]
Marcel Thee dan Danif Pradana bergabung untuk membuat sebuah proyek bebunyian dengan kode “RCS”, kamu bisa download hasil kolaborasi mereka dalam format kualitas tinggi dan sementara menunggu download-an nya kelar silahkan baca kisah dibalik proyek ini.
Cuy, apa ini RCS?
M: Gue udah cukup lama tau tentang Danif sejak era Apologia, album pertama Sajama Cut. Kalo gak salah, dia lumayan sangat-menyukai album itu. Dan dari sekitar pertengahan 2000-an, gue mulai lebih aktif mengikuti musik dia. Jadi RCS ini rasanya ekstensi natural aja dari ketertarikan gue sama musik Danif, dan ketertarikan dia sama music SC.
D: Sebenarnya sih i’m simply a long time fan of Sajama Cut. Gw inget banget waktu itu gw mail order kaset-nya Apologia langsung dari mereka. Kirim surat, diselipin duit waktu itu. Dan sejak gw pergi kuliah ke Sydney gw tetap ngikutin mereka. Kebetulan gw emang gak pernah pulang liburan ke Indo pas disana. So gw nitip album Osaka Journals-nya Sajama Cut ke teman-teman yg lagi liburan. Well, finally now I got the chance to work with the man behind the band itself. Ya, cukup excited banget.
Kalian berdua tampaknya punya fetish dengan ‘musik noise’ bagaimana bisa? apakah kalian benar-benar menikmati suara bising-bising yang hampir abstrak tersebut?
M: Di tahap ini sih gue udah gak bisa membedakan secara emosi musik yang konvensional dan musik yang bagi beberapa orang mungkin terhitung eksperimental. Setiap kali gue buat musik, gue cuma berusaha membuat sesuatu yang bisa ‘menggerakan’ gue – pendengar selalu jadi nomor dua. Gue sama Danif hampir dibilang sama sekali gak ngebahas ‘okey, musiknya nanti gini nih…’ Kita cuma ngobrolin tentang band-band yang lagi kita sukai, dan apa yang kita sukain dari band-band tersebut. Approach-nya benar-benar dari sisi penggila musik.
Secara tekstur – selain hal-hal yang ketara di permukaan seperti ‘field recordings’ dan penekanan pada ambience – mungkin memang musik RCS sedikit butuh lebih banyak waktu untuk diserap. Tapi secara pendekatan emosional, gak ada bedanya sama kalau gue buat musik untuk Sajama Cut atau projek-projek gue lainnya.
D: Sebenarnya sih memang sound-nya itu sendiri yang menarik. Gw sendiri gak pernah menggunakan kata-kata Noise, Bising, atau Abstrack untuk mendeskripsikan apa yang gw suka, tapi gw tau klo itu adalah memang tipe-tipe suara yang gw suka. Secara gak langsung itu juga mempengaruhi karya-karya gw, terutama tendency gw dalam mencari suara. Bahkan ketika gw lagi ngerjain sound design buat iklan, terutama iklan-iklan yang membutuhkan full sound effects, gw banyak menggunakan potongan-potongan noise-nya Merzbow buat bikin effect-effect synthetic. Gw rasa itu otomatis aja.
Bagaimana pendapat orang tua kalian atau keluarga terdekat mengenai musik-musik semacam ini?
M: Orangtua gue udah lama terbiasa sama bermacam-macam musik gue. Minggu kemarin waktu gue nginep di rumah orangtua gue, nyokap gue muterin Osaka Journals seharian, supaya anak gue terhipnotis suka sama suara bapaknya mungkin.
D: Nyokap gw termasuk orang yang konvensional. Tapi bokap gw termasuk orang yang mendengar musik-musik rock. So loudness bagi dia udah gak masalah. Oh ya dan gw juga ketemu sama istri gw gara-gara musik seperti ini. Waktu itu gw lagi nyiapin performance-nya Khuruksetra di Salihara. Dan gw ketemu Istri gw disana. She said she’s really into my music. Kita pacaran, menikah, dan sekarang sudah punya anak. Who said you have to be Rockstar to attract a Woman? 😉
Kalian berdua kan juga sama-sama baru punya anak, apakah mereka juga turut mempengaruhi proses kreatif di RCS?
M: Secara gak sadar sih, sangat pastinya. Mungkin approach gue sedikit lebih optimis, yang juga pasti efek ke penulisan lagu. Waktu yang lebih sedikit untuk musik juga ngebuat gue harus lebih efektif mempergunakan waktu. Gak mungkin lagi cari sound 2-3 jam. Enak sih, lebih seperti approach kalo buat demo.
D: Sudah pastinya sih waktu kita sudah gak bisa sebebas dulu lagi. Tapi gw tetap selalu biasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan gw di sekitar anak gw. In fact, materi terakhir RCS yang gw mixing, itu gw kerjain bareng anak gw. Hehe. Gw duduk di depan laptop gw, lengkap with all my soundcard, headphone, pedals, trus dia tiduran di bouncer-nya tepat sebelah gw. Gw ngerasa ada kedekatan antara Father and Son ketika ngegarap RCS. Haha.
last. Next plan?
M: Gak ada plan yang baku. Tapi gue sangat enjoy buat musik dengan Danif. Jadi gue rasa, kita bakal rilis album lagi, setidaknya mungkin akhir tahun ini.
D: Plan pasti gak ada, but yang jelas I wanna keep this going. Next release will be different. Mungkin lebih Epic? No limitation yang jelas.
It's a pity, that every link in their info doesn't work.
which link?
links in their info sheet for the ep. http://facebook.com/romancatholicskulls and http://twitter.com/romancatholicskulls Both dead
Hi all, sorry, the Twitter is @rcskulls and FB is: http://www.facebook.com/pages/The-Roman-Catholic-…. for now
thank you for caring
wah, covernya mirip2 rilisan sacred bones. must hear nih.
Hi all, sorry, the Twitter is @rcskulls and FB is: http://www.facebook.com/pages/The-Roman-Catholic-… for now
thank you for caring
Is it just me or the song "Champions, Weathered" could not be extracted from the rar file? Thanks!
Try this http://www.mediafire.com/file/14syjmo3eomtfou/Champions%2C%20Weathered.mp3
Great! Thanks!
sacredbones sekali,tp asik 😀