Ide yang sangat brilian membawa band-band asoi dari berbagai daerah di Indonesia dan mengundang musisi-musisi dan seniman asoi dari Malaysia, Singapura dan Singapura lalu membuatkan panggung di lembah yang sejuk.
Perjalanan memakan waktu enam jam karena infrastruktur kota Sukabumi yang ngaco, jalan sekecil itu dilintasi entah berapa banyak bis dan truk. Jalur yang jika lancar-lancar saja hanya memakan waktu tiga jam. Namun tidak mengapa, semua itu terbayar lunas dengan sajian kesenian dan diskusi yang memuaskan dahaga akan bentuk kesenian kontemporer yang otentik dan bagus.
Bis kami akhirnya tiba di venue, dan tidak lama kemudian sudah disambut dengan sajian musik ringan dari Tetangga Pak Gesang yang menemani makan siang kami semua. Duo pendongeng dengan musik folk ber-ukulele dan kazoo ini dengan solid membuat saya kembali bersemangat setelah tertekan didalam bis selama enam jam perjalanan.
Dilanjutkan kemudian kita turun ke lembah untuk Backwood Sun yang semakin solid, lalu Bangku Taman yang konsisten keren namun sayangnya terpotong jeda karena hujan. Saya sendiri ngos-ngosan menanjak lembah untuk mengambil jas hujan hanya untuk kemudian merelakan sisa show Bangku Taman karena tidak mampu bangkit dari matras ditenda.
Setelah beristirahat sekejap setelah hujan reda, saya turun kembali ke lembah untuk menyaksikan duo Ari Reda, dua orang yang sebenarnya sudah lama berkarya namun baru kali ini saya menyaksikan bagaimana indahnya puisi dimusikalisasi dengan sederhana. Auranya seoertinya menyaksikan Simon and Garfunkel, suasana lembah membuat pertunjukan sore itu semakin khusyuk.
Dilanjutkan Ramayana Soul dengan sitar dan kegundahan seksualnya. Kemudian Pandai Besi yang hampir ga pernah mengecewakan untuk kemudian melanjutkan malam dengan menyaksikan kembali mistisnya Rabu.
Cukup mengagumkan dengan konsistensi mereka tetap menyalakan kemenyan walau ditengah lembah. Malam semakin dingin, untung saja teman-teman dari Kuala Lumpur membagi beberapa teguk Jägermeister.
Malam dilanjutkan oleh Jirapah, Matajiwa dan pertunjukkan super intim dari Pure Saturday. Sayangnya saya terjebak hujan dipuncak bukit dan tidak bisa turun untuk menyaksikan mereka. Untungnya ada David, Acum dan Ari Dagink yang menghibur dilokasi tersebut dengan diskusi dan nyanyian-nyanyian merdu.
Kemudian saya menutup hari pertama dengan sesi karaoke intim bersama.
…bersambung