Setelah merilis single Natal di tahun 2014 lalu, Lebaran kali ini akan lebih meriah dengan dirilisnya “Selamat Lebaran” oleh Sentimental Moods (SM). Single Lebaran ini adalah merupakan cover version dari lagu karya komponis besar Ismail Marzuki.
Judul lagu ini banyak sekali versinya. Ada yang bilang “Hari Lebaran”, “Selamat Lebaran”, “Mohon Maaf Lahir dan Batin”, “Selamat Hari Lebaran”, “Selamat Hari Raya Iedul Fitri”, dan masih ada lagi beberapa versi lain.
Namun Sentimental Moods akhirnya memilih judul “Selamat Lebaran”, seperti versi pertama lagu ini yang dibawakan sebuah kelompok vokal Lima Seirama yang diperdengarkan pertama kali di RRI (Radio Republik Indonesia) sekitar tahun 1952.
SM sendiri memilih lagu ini bukan semata karena menganggap lagu karya Bang Mail (panggilan akrab Ismail Marzuki) ini memiliki struktur musikal yang unik (misal bagian reffrain-nya punya dua signature/birama), tapi karena lagu ini punya sejarah dan cerita yang juga unik. Ada beberapa latar historis yang belum tentu semua orang tahu tentang salah satu lagu Lebaran paling populer dan banyak dimainkan ulang ini (termasuk populer dan di-cover musisi-musisi di negara-negara mayoritas Islam dengan lirik berbahasa setempat, seperti di Malaysia). Dari beberapa sumber, didapat bahwa:
1. Lagu ini diciptakan Ismail Marzuki sebagai kritik terhadap kondisi sosial masyarakat Jakarta dan mungkin beberapa kota lain di Indonesia (setelah era revolusi kemerdekaan, 1950an). Bang Mail mengungkapkan pendapat sarkastis terhadap pemimpin dan para pejabat Indonesia saat itu. Saat itu Indonesia memiliki sistem parlementer yang dipimpin seorang Perdana Menteri yang bergonta-ganti cepat karena konflik politik hingga tak sempat menjalani program-program yang berpihak pada rakyat. Makanya dengan sarkastis Bang Mail menyindir “Selamat para Pemimpin, Rakyatnya Makmur Terjamin…”.
2. Saat itu mulai muncul para OKB (Orang Kaya Baru, terutama dari kalangan pejabat pemerintah dan pengusaha yang sukses karena kedekatannya dengan pemerintah) di tengah rakyat yang hidup miskin.
3. Sementara di kelas masyarakat bawah yang secara ekonomi miskin serba kekurangan, justru budaya-budaya lama tetap terpelihara. Mereka boleh saja sehari-hari kekurangan, namun spesial untuk hari Lebaran dibela-belain membeli “… Pakaian Baru Serba Indah…”, begitu kata salah satu lirik lagu ini. Lebaran jadi momen masyarakat bawah untuk bergembira dan bertamasya, walau hanya sekadar jalan-jalan keliling Jakarta dengan Trem (semacam transportasi menyerupai kereta rel yang melintas di jalan-jalan raya, pernah ada di Jakarta dan Surabaya antara tahun 1869 dan akhirnya dibubarkan tahun 1960 karena dianggap sebagai biang kemacetan dan sering terjadi kecelakaan, terutama pada becak dan oplet – semacam angkot era itu). Dengan kocak, Bang Mail menyitir prilaku kelompok masyarakat ini yang memaksa tampil keren, baju dan sepatu baru, walau akhirnya berantakan dan kaki lecet hingga sepatu baru pun ditenteng.
4. Karena liriknya yang kritis dan satir, lagu ini sempat dilarang diputar di RRI (satu-satunya radio saat itu) di era Orde Lama (1950-1966). Akhirnya baru populer lagi di Orde Baru (1967-1998), tapi bukan versi awal yang diputar. Lagu ini dibuat ulang oleh beberapa musisi dan band untuk kebutuhan radio dan acara di TVRI (satu-satunya stasiun TV di era awal Orde Baru), namun berdasarkan instruksi pemerintah (lewat Departemen Penerangan dan Komkamtib). Bahwa bait lirik yang boleh dinyanyikan hanya bait pertama, dimaknai sebagai pujian atas kesuksesan pemerintah saat itu. Sedangkan bait lirik kedua dan ketiga yang lebih kritis dihilangkan. Bahkan nama Ismail Marzuki pun (beliau wafat 25 Mei 1958 di usia baru 44 tahun) lenyap sebagai komponisnya.
5. Akhirnya lagu “Selamat Lebaran” dengan lirik tiga paket bait ini dipopulerkan kembali di era tahun 2000an. Lewat berbagai media termasuk internet, akhirnya lagu kritis ini kembali ke asalnya sebagai lagu satir yang humoris namun kritis. Nama Ismail Marzuki pun kembali terangkat sekaligus dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional tahun 2004. Termasuk memberikan jaminan dana dan sosial kepada janda almarhum yang sempat hidup dalam kemiskinan bertahun-tahun sejak ditinggal almarhum, serta diurus soal royalti atas lagu-lagu karya beliau.
Single Lebaran versi Sentimental Moods ini diaransemen ulang dalam konsep hybrid, antara instrumental dan sedikit vokal dari sebagian reffrain lagu ini.
Selain lagu ini, Sentimental Moods juga telah merekam lagu karya Ismail Marzuki lainnya yang direncanakan masuk kedalam album mereka berikutnya. Lagu tersebut telah diurus royaltinya, sementara karena lagu Selamat Lebaran ini mengejar momen Ramadhan, maka untuk saat ini disepakati hanya akan dirilis lewat kanal Youtube saja.
Video ini digarap oleh Christian THP, yang tak lain road manager SM yang juga piawai juga sebagai videografer. Konsep cerita diolah Christian dan teman-teman SM, menampilkan tenor saksofonis SM; Yurie Fachran.
Selamat menikmati.