Apa yang terlintas ketika melihat kondisi Jakarta di hari Jumat sore? Pasti umpatan-umpatan negatif orang ketika melihat situasi kondisi tatanan jalan yang begitu ramai dengan kendaraan. Tapi apalah gunanya umpatan tersebut, hal seperti ini sudah dilumrahkan bagi mereka pencari rezeki di ibukota. Titik protokol seperti Senayan contohnya, dari depan pintu masuk kita langsung disuguhkan pemandangan mobil mengantri ke Parkir Selatan Senayan. Ya, malam itu 29 April 2016, mereka semua berbondong-bondong ingin menjadi saksi konser Tame Impala. Acara ini sendiri digarap sukses oleh KiosTix. Konser ini merupakan kali kedua band neo-psychedelia asal Perth, Australia ini menyambangi Jakarta. Tapi menurut kabar beredar aksi perdana mereka kurang memuaskan dari segi sound. Dan malam itu mereka (Tame Impala) membayar lunas kekecewaan 2011 dengan penampilan ciamiknya. Dibuka oleh Barasuara, yang selalu dapat nilai plus setiap aksi panggungnya. Seperti biasa kita bisa melihat aksi enerjik masing-masing personil, apalagi sang bassist Gerald Situmorang yang terlihat atraktif di sisi satu ke sisi lainnya. Serta memilih ‘Bahas Bahasa’ menjadi lagu kuncian di terakhir penampilan. Tampil menggerumul diatas panggung, crew mereka yang memakai kostum dokter itu memastikan instrumen semuanya aman. Titik hijau yang ditembakan dari proyektor ke layar gigantis itu menjadi tanda akan dimulainya konser seraya para personil masuk ke posisinya masing-masing. Pria gondrong yang sepertinya terlihat humble menyapa seluruh penonton. Dia Kevin Parker. Mendaulat “Let It Happen” sebagai lagu pertamanya. Karena konser ini juga masuk ke dalam rangkaian promo tur album terbaru mereka, Currents. Walau Nick Allbrock menyatakan bahwa dia resmi mengundurkan diri dari band ini beberapa tahun lalu, dengan formasi terkininya mereka tetap terlihat solid. Lanjut dengan “Mind Mischief” yang terdapat dalam album Elephant. Bisa dibilang porsi dari masing-masing album rata dimasukan kedalam setlist. “Hey guys, make some noise, give a big cheer just want to say thank you, sorry if I say this wrong, but Barasuari? Barasuara? That’s it. Almost there! It’s always hard going on after a band that’s that good.” Bentuk impresi Kevin saat menonton aksi panggung Barasuara. Singkronisasi antara audio dan visual juga berkerjasama apik, ditambah tampilan visual penuh warna membuka wahana psikedelia dalam otak. Pas “The Less I Know the Better” dibawakan, sontak tampil sinaran lampu disko menyoroti satu Lapangan D. Ada momen mencengangkan didepan saya sewaktu “Apocalypse Dream” dimainkan, dua orang pria pingsan bersamaan. Ada pun encore “Feels Like We Only Go Backwards” sehabis itu “New Person, Same Old Mistake” dipilih dalam dua peluru akhir menyudahi penampilan. Sedari pulang kemarin hingga sekarang saya masih memikirkan dua pria yang pingsan bersamaan diatas, mungkin sangat terbuai dengan visualnya? Sedang dibawah substansi lain? Atau keduanya? Saya pun kurang paham, tapi yang saya ingat celotehan teman saya saat mengangkat kedua lelaki ini “Yeelah, gue sadar aja hampir mabok gini liat visualnya. Apalagi yang mabok?”.
- WALK ON
- INTRO
- LET IT HAPPEN
- MIND MISCHIEF
- WHY WON’T THEY TALK TO ME?
- NOT MEANT TO BE
- THE MOMENT
- ELEPHANT
- YES I’M CHANGING
- THE LESS I KNOW THE BETTER
- EVENTUALLY
- ALTER EGO
- OSCILLY
- MAKE UP YOUR MIND
- APOCALYPSE DREAMS
- FEELS LIKE WE ONLY GO BACKWARDS
- NPSOM